Selasa, 31 Juli 2012

MONUMEN (bagi) REVOLUSI PERANCIS

Monumen (bagi) Revolusi Perancis

A friend who dies, it's something of you who dies. (gustave flaubert)

“Mereka baru selesai bercinta!”
“tidak, perempuan itu membunuhnya sebelum bercinta!”
            Revolusi perancis tidak hanya meninggalkan bond-bond hutang belanja maria antoinette dan comte d’artois saudaranya yang dianggap sebagai pemborosan besar-besaran terhadap keuangan kerajaan, yang memantik amarah rakyat perancis kala itu. Revolusi perancis, sekali lagi tidak hanya meninggalkan cerita tentang pendudukan rakyat terhadap penjara bastille setelah pertempuran selama empat jam. Bastille sendiri menjadi simbol bagi apa saja yang dibenci oleh keluarga kerajaan pada ancien regime. Juga tidak semata meninggalkan kisah keperkasaan jenderal napoleon bonaparte sebagai penguasa perancis pasca revolusi. Di samping cerita tersebut, yang sebagian besar orang menandainya sebagai tugu-tugu besar revolusi perancis, masih terdapat sebuah cerita lain yang mungkin bagi sebagian orang tersebut tidaklah begitu penting untuk diketahui. Di tengah-tengah proses revolusi yang tengah berjalan, ternyata terselip sebuah kasus pembunuhan yang bermula dari sebuah skandal (seperti saya ilustrasikan dalam dialog di awal tulisan ini). Pembunuhan ini bukanlah pembunuhan biasa, melainkan terkait erat dengan salah seorang penggerak revolusi, marat namanya. Pembunuhan tersebut melibatkan charlotte corday, seorang perempuan yang (sebenarnya) berasal dari kubu lawan politik marat yang pro revolusi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa akses yang diperoleh corday untuk mendekati marat semata-mata karena ia memiliki daftar nama-nama orang yang menjadi musuh rakyat, namun saya menarik asumsi bahwa di antara mereka tentulah ada hubungan yang lebih dari sekedar yang telah saya sebut di atas, apalagi marat tahu benar darimana corday berasal. Marat sendiri awalnya merupakan seorang ilmuwan dan dokter yang kemudian beralih menjadi seorang jurnalis semasa revolusi, tulisan-tulisannya yang berapi-api dan pro rakyat membuatnya harus kerap bersembunyi karena mendapat banyak serangan dari pihak lawan politiknya secara brutal. Hingga akhirnya ia dibunuh oleh corday pada 13 juli 1973.

Para penggerak revolusi sendiri tidak semata-mata dari kaum aristokrat dan militer, dan tentu rakyat pada umumnya. Revolusi perancis dalam perjalanannya juga dikawal oleh para pelukis yang selain bertugas sebagai seniman, mereka juga bertugas sebagai aktivis sekaligus pencatat sejarah. Ialah jacques louis david, salah seorang dari anggota komite besar yang kemudian melukiskan kematian marat sebagai penghormatan bagi kematian sang martir revolusi. Seperti Yesus, Marat dicintai rajin rakyat, dan hanya mereka. Seperti Yesus, Marat membenci raja, bangsawan, pendeta, bajingan dan, seperti Yesus, ia tidak pernah berhenti berjuang melawan malapetaka orang, begitulah pidato marat dipuja dalam upacara pemakamannya. Dalam ‘the death of marat’ (kematian marat) versi david, dilukiskan tubuh marat yang terkulai penuh darah di sebuah bak mandi dengan meja di sampingnya dan selembar kertas bertuliskan nama charlotte corday di tangan kirinya. Sesuai kronologisnya, corday tak melarikan diri hingga ia ditangkap di tempat kejadian(tak nampak dalam lukisan) dan kemudian diadili. Sebagai seniman, david tidak semata-mata memotret apa yang dilihatnya dari peristiwa kematian marat. Ia melakukan beberapa subjektivikasi, seperti menghilangkan sosok corday dalam lukisannya, juga merubah bentuk permukaan kulit marat yang cacat akibat penyakit kulit yang membuatnya harus berendam dalam bak mandi menjadi kulit yang mulus, upaya ini disebutnya sebagai upaya untuk mengangkat kebajikan yang antik.  Bersambung…
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar