oleh Dwi S. Wibowo
"kabinet goni" karya samsul arifin, commision artist artjog 2014 |
Puluhan boneka yang terbuat
dari karung goni dibariskan dengan sangat rapi, dalam levelling yang
bertingkat, mereka menampilkan ekspresi-ekspresi yang unik. Rangkaian instalasi
tersebut merupakan karya Samsul Arifin yang diberi tajuk “Kabinet Goni”, karya
tersebut akan menyambut para pengunjung Artjog saat memasuki halaman Taman
Budaya Yogyakarta selama gelaran pameran seni rupa tersebut berlangsung.
Sejak pertama kali dihelat
tahun 2008 silam, gelaran Artjog yang dulunya memakai nama Jogja Art Fair memang telah menjadi magnet tersendiri bagi berbagai
kalangan masyarakat pecinta seni di Yogyakarta. Selama ini, Artjog juga mampu
mendekatkan masyarakat awam terhadap seni rupa. Setiap kali Artjog digelar,
animo masyarakat untuk menghadiri acara ini begitu melimpah. Halaman Taman
Budaya Yogyakarta bahkan selalu penuh sesak saat acara pembukaan berlangsung.
Penyelenggara selalu
menampilkan karya-karya yang bombastis sekaligus gigantis di pintu masuk ruang
pamer utama. Biasanya karya-karya tersebut dikerjakan oleh para commision
artist yang memang dipesan langsung oleh penyelenggara untuk menyulap wajah Taman
Budaya Yogyakarta sefenomenal mungkin. Seperti pada tahun 2011 misalnya,
halaman depan Taman Budaya Yogyakarta dikeruk oleh Eddie Prabandono untuk
menciptakan kepala bayi raksasa berbahan tanah liat. Atau pada tahun lalu, saat
Artjog mengangkat tema Maritime Culture,
sebuah komidi putar mekanis karya Iwan Effendi dan Papermoon diletakkan di
depan pintu masuk utama.
Bagi masyarakat awam, Artjog
memberikan ruang apresiasi seluas-luasnya, sekalipun para pengunjung sama
sekali tidak memahami konteks seni rupa yang ada di hadapannya. Tidak sedikit
dari para pengunjung yang sekedar numpang foto di samping karya, tanpa sama
sekali berusaha membedah makna di baliknya. Hal tersebut membuktikan bahwa seni
rupa, yang konon selama ini dianggap ekslusif, ternyata bisa juga tampil
merakyat. Kolektor, kurator, seniman, pekerja kantoran, mahasiswa, dan pelajar
bisa berada dalam satu ruang yang sama, sekalipun dengan atmosfer yang mungkin
berbeda.
Tahun ini, Artjog mengusung
narasi “Legacies of Power”. Tema ini
sebagai lanjutan dari tema-tema terdahulu yang diusung dua tahun berturut,
yaitu “Looking East” dan “Maritime Culture”. Ketiga tema ini
memiliki satu benang merah yang berkaitan erat dengan sejarah terbentuknya
bangsa indonesia yang mengacu pada masa kolonialisasi kerajaan Belanda di bumi
nusantara.
ugo untoro bersama patung karya edhi sunarso |
Tema “Looking East” yang diusung tahun 2012 diniatkan untuk mengulik
orientasi bangsa eropa yang terpesona pada kekayaan alam yang dimiliki
pulau-pulau di nusantara. Kemudian dilanjutkan dengan tema “Maritime Culture” di tahun berikutnya yang niscaya menggambarkan
mengenai invasi awal bangsa eropa. Hal ini tergambar jelas misalnya dalam karya
Titarubi yang berjudul “Golden Nutmeg”,
sebuah biji pala yang dilapisi emas. Karya tersebut seolah menjadi salah satu
yang paling representatif di antara karya-karya lain yang didominasi gambar
ikan.
Tema “Legacies of Power” yang
diusung tahun ini diniatkan untuk memberi gambaran mengenai pertarungan politik
antara pemerintahan kolonial Belanda dan pribumi dalam memperjuangkan kedaulatannya.
Mengingat bahwa gelaran Artjog selama beberapa tahun belakangan ini tengah
berupaya menyusun sebuah narasi besar mengenai sejarah kebangsaan indonesia
melalui rupa visual.
Penyelenggaraan Artjog tahun
ini berbarengan dengan semaraknya pesta demokrasi yang tengah digelar bangsa
indonesia, hal ini tentu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap corak karya-karya
yang akan tampil di dalamnya. Apalagi tema “Legacies of Power” cukup dekat
dengan konteks perebutan kekuasaan dalam pemilu dan pilpres ini. Selama
beberapa bulan belakangan ini, masyarakat telah disuguhi oleh iklan-iklan
politik yang masuk ke setiap celah kehidupan. Dari media massa hingga baliho
pinggir jalan penuh sesak oleh wajah-wajah caleg berikut slogan-slogan yang
diusungnya masing-masing.
Karya-karya bertema politik
sepertinya akan membanjiri seluruh ruang pamer Artjog tahun ini, terlihat dari
karya commision artist yang terpajang paling depan. Mengusung gagasan “Kabinet Goni,”
karya instalasi Samsul Arifin tersebut tentu segera mengingatkan pada pose para
menteri di jajaran kabinet usai pelantikan. Mereka berbaris di tangga depan
Istana Merdeka dengan setelan jas rapi untuk melakukan sesi fotografi. Dikemas
dengan gaya karikatural, karya tersebut tentu memiliki muatan kritik sosial
yang mendalam, dan sangat erat kaitannya dengan situasi politik yang terjadi di
negeri ini.
*) catatan ini pernah dipublikasikan di Jogjareview.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar